Di tengah perjuangan melawan pandemi, badan kesehatan internasional mengumumkan kasus pertama virus ebola sejak 2016 silam.
Walaupun bukan kasus baru, tetapi ebola juga sama mengancamnya, bahkan sampai menyebabkan 60 persen kematian.
Melansir dari BBC News, Selasa, (16/2) Guinea, Afrika Barat menyampaikan kasus kematian terbaru akibat Ebola pada tiga warganya. Bersamaan dengan ini, WHO mengingatkan untuk tetap waspada dengan penyebab dan jeli melihat gejala.
Agar menambah pengetahuan mom tentang bahaya virus ebola, simak informasi berikut ini ya.
Penyebab

Di tahun 1976 virus pertama kali muncul di Sudan, namun tidak langsung menyebar. Kasus terparah baru terjadi di Afrika Selatan pada 2016 silam.
Virus ebola termasuk virus zoonosis, artinya ditularkan melalui hewan ke manusia dengan cara melakukan kontak langsung. Umumnya satwa liar seperti monyet, antelop, landak dan kelelawar buah berisiko tinggi menjadi carrier untuk melakukan penyebaran virus.
Selain itu, makanan yang terkontaminasi lalu masuk ke dalam tubuh, memicu perkembangan virus semakin cepat.
Gejala

Tanda infeksi ebola terlihat setelah masa inkubasi, yakni 2 hingga 21 hari setelah terpapar. Gejala yang akan dirasakan seperti:
- Sakit kepala
- Nyeri otot dan dada
- Demam
- Batuk
- Muntah
- Diare
- Nafsu makan berkurang
- Ruam dan mata merah
- Pendarahan di dalam tubuh
Gejala pada setiap orang bisa berbeda-beda, tergantung kondisi dan usia pasien. Bahkan ada pasien yang mengalami kesulitan menelan makanan hingga bernapas. Tentunya, hal ini akan bertambah parah jika tidak segera ditangani.
Karena masa inkubasi cukup lama, seseorang tidak menyadari kalau virus telah hidup di tubuhnya, namun tak perlu panik, lantaran carrier tidak bisa menularkan virus jika gejala belum muncul.
Ketika ada orang terdekat terjangkit ebola jangan tunda menghubungi pihak medis, sebab air liur dan darah menjadi salah satu media penyebaran. Akibatnya kasus semakin banyak dan sulit memutus mata rantai virus.
Pencegahan

Setiap penyakit dari virus dapat dicegah jika tahu penyebab yang mendasari. Hingga kini belum ada vaksin yang efektif memusnahkan virus ebola. Namun, badan kesehatan dunia sepakat, jenis vaksin rVSV-ZEBOV dapat menekan jumlah infeksi dan kematian bagi si pengidap.
Oleh karena itu, perlu meningkatkan kesadaran demi mencegah penularan serta penyebaran secara massal.
Misalnya, mengurangi kontak dengan satwa liar, tidak memakan daging mentah, menghindari kontak langsung dengan orang terinfeksi dan menjaga kebersihan lingkungan.
Walaupun belum ada kasus meninggal akibat ebola di Indonesia, tapi harus selalu waspada dan segera melakukan pencegahan dini.