Orang tua punya cara tersendiri dalam membesarkan anak. Namun dalam prakteknya, pola asuh yang kurang tepat sering tidak disadari dan malah menjadi hal wajar. Pola pengasuhan toxic terus dilakukan sampai menjadi kebiasaan, hal ini berdampak signifikan pada perkembangan mental buah hati.
Kondisi psikologis yang terganggu memengaruhi kehidupannya di masa mendatang. Sikap ketika dewasa merupakan cerminan dari bagaimana orang tua memerlakukan si buah hati saat masih kecil. Walaupun termasuk pola asuh berbahaya, tetapi masih banyak yang belum mengetahui bahwa toxic parenting memiliki risiko gangguan psikologis pada anak.
Oleh sebab itu, yuk mom simak gangguan psikologis apa saja yang akan anak derita, jika akibat toxic parenting.
1. Anxiety disorder

Lingkungan keluarga seharusnya memberikan suasana nyaman dan aman, bukan mengintimidasi ataupun tegang. Ciri utama toxic parent yaitu tidak bisa mengontrol emosi sehingga sering melampiaskan amarah.
Kebiasaan ini menyebabkan buah hati selalu merasa cemas ketika berbuat kesalahan. Contoh kasus, misalnya, tidak sengaja menumpahkan air atau membiarkan mainan berserakan di lantai. Toxic mom biasanya langsung memarahi atau mencaci maki.
Ketika dewasa, bayangan ibu yang marah kerap menghantui kemana pun si kecil pergi. Sehingga Ia sangat berhati-hati dan selalu diselimuti rasa takut. Hal ini akan menghambat proses belajar, terutama yang menerapkan konsep learn by doing sebab sudah terlanjur takut salah sebelum mencoba hal baru.
2. Depresi

Lantaran terus dimarahi karena masalah sepele, buah hati mungkin merasa sedih berkepanjangan hingga depresi. Kesalah sepele yang selalu dibesar-besarkan oleh mom, membuat Ia berpikir bahwa dirinya hanya menyusahkan dan mengecewakan orang tua saja.
Selain itu, tuntutan akademik seakan tak ada habisnya, berdampak pada tingkat stres dan tertekan. Kesuksesan terkadang, memang jadi hal terpenting bagi toxic parent, di samping agar hidup anak nyaman, hal ini juga sebagai senjata untuk membuat orang lain iri atau sebagai jaminan di hari tua.
3. Low self esteem

Kurangnya harga diri dalam diri seseorang merupakan dampak jangka panjang pola asuh beracun. Kerap diremehkan atau kurang dihargai setelah mendapat pencapaian, memicu pikiran bahwa si kecil selalu mengecewakan dan tidak akan pernah melakukan sesuatu yang besar.
Permintaan yang tinggi perlu dipenuhi sedemikian rupa, namun ketika buah hati berhasil tidak ada respon bahagia atau bangga yang diperlihatkan. Jika diteruskan rasa percaya diri juga ikut menurun. Self confident tentu berpengaruh pada kehidupan bersosialisasinya kelak.
4. Self injury disorder

Kebiasaan menyakiti diri sendiri, muncul karena anak sering disalahkan atas kesalahan yang tidak Ia perbuat. Menempatkan si kecil dalam situasi tidak nyaman membuatnya tidak bisa memberontak. Sehingga, perasaan itu terus terpendam dan dilampiaskan dengan cara yang salah.
Kecenderungan self harm, terus berlanjut hingga dewasa dan butuh waktu lama untuk menghilangkan kecanduan tersebut.
Penyebab lainnya yaitu, sering membandingkan anak dengan orang lain. Perilaku membandingkan ternyata masuk ke dalam ciri toxic parenting. Dalam hal akademik, orang tua membandingkan nilai buah hati dengan nilai teman sebaya.
5. Bimbang

Dampak yang terakhir yakni timbul kebimbangan dan mood swing pada buah hati. Sikap toxic parent sering berubah-ubah sehingga menyebabkan buah hati bingung dengan perubahan sikap tersebut. Kebiasaan ini dapat menular ke buah hati dan berakibat pada kemampuan mengontrol emosi. Dalam kehidupan bersosialisasi Ia cenderung bersikap sensitif dan agresif.
Nah mom, ternyata ada banyak risiko gangguan psikologis pada anak, akibat kesalahan dalam pengasuhan. Walaupun tidak mudah, tetapi sebaik mungkin hindari pola asuh seperti ini ya.