Mendengkur atau ngorok adalah istilah yang menunjukan kondisi seseorang tertidur, namun tetap mengeluarkan suara keras. Ngorok terjadi akibat penyempitan saluran pernapasan bagian atas. Kondisi ini normal dan umumnya terjadi pada orang dewasa.
Namun, ternyata anak-anak juga bisa mengalami mendengkur. Kurangnya pengawasan pada Si Kecil saat tertidur menyebabkan banyak orang tua tidak menyadari dengkuran tersebut. Walaupun kasusnya jarang ditemukan, anak ngorok bisa menjadi tanda bahwa buah hati mengalami masalah kesehatan serius.
Untuk mengurangi kekhawatiran mom, yuk simak penyebab mendengkur pada anak, supaya bisa lakukan pencegahan dini.
1. Kelelahan

Di masa pertumbuhan, anak suka sekali bermain dan menjelajahi lingkungan sekitar. Rasa penasaran yang besar membuatnya sangat bersemangat sampai lupa untuk beristirahat. Kelelahan yang ekstrim memicu dengkuran lebih keras dalam waktu yang lama.
Parahnya, kalau terus berlanjut kualitas tidur jadi terganggu. Durasi tidur anak usia 1-3 tahun yaitu 10-14 jam perhari, jika kebutuhan tidur tidak tercukupi maka mampu memengaruhi perilaku Si kecil saat di siang hari. Ia bisa agresif, marah-marah dan rewel seharian.
2. Amandel

Setiap anak punya amandel, namun tidak semua mengalami peradangan. Fungsi amandel berfungsi menyaring bakteri masuk ke dalam tenggorokan. Saat terjadi peradangan, maka ukurannya dua kali lebih besar daripada ukuran normal.
Letak amandel sendiri berada di belakang bagian tenggorokan, sehingga jika ukurannya membesar jalan pernapasan jadi terhambat. Peradangan ini harus segera mom atasi supaya dengkuran berhenti dan tidak memicu timbulnya apnea.
3. Memiliki penyakit asma

Asma merupakan penyakit yang menyerang pernapasan, walaupun secara medis tidak terlalu berkaitan, antara mendengkur dengan asma. Namun, saat anak terserang gejala asma, Ia butuh upaya untuk bisa bernapas sehingga muncul suara mendengkur. Jika buah hati mom memiliki penyakit pernapasan, perhatikan saat Ia tertidur. Sebab, penyumbatan parsial di saluran pernapasan menjadi ciri asma semakin parah.
4. Struktur anatomi

Setiap anak punya struktur anatomi yang berbeda-beda, hal ini berdampak pada kebiasaan mendengkur anak. Melansir dari Mayo Clinic, Jumat (29/01) struktur anatomi tenggorokan yang lunak dan rendah mempersempit jalannya pernapasan.
Selain itu, orang dengan obesitas juga lebih rentan karena ukuran uvula yang memanjang, aliran udara jadi terhalang dan getaran meningkat. Faktor dari luar bisa dicegah dengan berbagai macam cara namun faktor dari dalam membutuhkan usaha yang ekstra.
5. Memiliki riwayat keluarga penderita apnea

Punya keluarga yang memiliki riwayat apnea meningkatkan risiko kebiasaan mendengkur. Dengkuran sendiri adalah ciri OSC (Obstructive Sleep Apnea). Inilah yang dikhawatirkan, jika anak sering mendengkur bisa jadi Ia mengidap gejala apnea. Perawatan segera perlu dilakukan untuk mencegah komplikasi hingga kematian.
Mendengur pada anak perlu diperhatikan durasinya mom, apabila Si kecil sering mengalaminya, segera lakukan konsultasi dengan dokter untuk penanganan lebih lanjut.