Ketuban pecah dini atau disebut premature rupture of membranes (PROM) biasanya ditandai dengan pecahnya kantung atau selaput ketuban sebelum waktu persalinan tiba, yaitu sebelum minggu ke-37 masa kehamilan.
Umumnya, dalam waktu 24 jam setelah ketuban pecah, bayi akan lahir. Namun, air ketuban yang pecah pada masa kehamilan justru mengakibatkan komplikasi pada ibu dan calon bayi apabila tidak ditangani sesegera mungkin.
Berbeda dengan urine, air ketuban tidak dapat ditahan sehingga akan terus mengalir keluar dengan deras walaupun sudah berusaha ditahan. Ciri-ciri air ketuban yaitu tidak berwarna (bening) dan tidak berbau pesing, melainkan cenderung beraroma manis.
Gejala yang menyertai ketuban pecah dini seperti panggul terasa tertekan, keputihan, vagina terasa lebih basah, hingga pendarahan melalui vagina. Kondisi ini tidak bisa dibiarkan dan harus segera menghubungi dokter untuk penanganan lanjut.
Penyebab Air Ketuban Pecah Dini

Pecah ketuban sebenarnya hal wajar bagi ibu hamil. Tetapi, bila situasi tersebut tidak diikuti tanda-tanda akan melahirkan, maka itu terbilang tidak normal.
Lalu, apa penyebab air ketuban pecah dini? Terkait hal ini, belum diketahui secara pasti. Namun, beberapa faktor risiko seringkali menjadi pemicunya, meliputi:
- Infeksi rahim, kantung ketuban, leher rahim, dan vagina.
- Konsumsi makanan dan minuman tidak sehat.
- Pernah mengalami cedera fisik seperti kecelakaan atau terjatuh cukup parah.
- Rahim dan kantung ketuban terlalu meregang karena jumlah air ketuban berlebihan (polihidramnion).
- Merokok dan konsumsi obat-obatan terlarang (narkotika) selama hamil.
- Pernah melakukan operasi atau biopsi serviks.
- Ada riwayat ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya.
- Mengalami pendarahan vagina selama trimester kedua dan ketiga kehamilan.
- Adanya kelainan pada plasenta bayi.
- Posisi janin di dalam rahim tidak normal.
- Berat badan (indeks massa tubuh) ibu tidak seimbang.
- Tekanan darah tinggi naik-turun.
Diagnosis Ketuban Pecah Dini
Dokter biasanya akan melakukan pemeriksaaen fisik pada bagian dalam mulut rahim untuk memastikan apakah benar ketuban pecah atau tidak. Pemeriksaan tersebut diikuti dengan tes tambahan, diantaranya:
- Tes pH. Sesuai namanya, tes ini memeriksa tingkat keasaman cairan vagina yang cenderung akan lebih tinggi apabila ketuban sudah pecah.
- USG (ultrasonografi). Selain untuk memeriksa kondisi janin dan rahim, tes ini juga berlaku untuk melihat jumlah air ketuban yang masih tersisa. Sehingga, dokter dapat menentukan langkah penanganan lebih lanjut.
Komplikasi Ketuban Pecah Dini

Air ketuban pecah dapat menyebabkan komplikasi serius pada ibu dan bayi dalam kandungan. Komplikasi yang dimaksud antara lain:
- Infeksi pada selaput pelindung janin atau disebut chorioamnionitis. Berisiko menyebabkan infeksi pneumonia, meningitis, dan sepsis.
- Bayi lahir prematur (lahir lebih awal sebelum waktunya). Berisiko mengalami kelainan pada saraf dan gangguan pernapasan.
- Bayi terlilit tali pusar. Pada beberapa kasus, tali pusar bayi bahkan keluar dari rahim dan turun menuju vagina. Kompresi tali pusar ini dapat menyebabkan cedera otak hingga kematian.
- Berpotensi menyebabkan keguguran ibu hamil.
- Menyebabkan gangguan perkembangan pada bayi, seperti penyakit paru kronis, hidrosefalus, dan lumpuh otak (cerebral palsy).
- Jika ketuban pecah sebelum usia kehamilan 23 minggu, paru-paru janin cenderung tidak berkembang baik dan menyebabkan janin tidak bisa bertahan hidup. Kalaupun bertahan hidup, maka kemungkinan besar mengalami cacat fisik dan mental saat lahir.
- Solusio plasenta, yaitu terlepasnya sebagian atau seluruh plasenta dari dinding rahim sebelum proses persalinan terjadi.
Pencegahan Ketuban Pecah Dini
Pada dasarnya, tidak ada hal khusus untuk mencegah ketuban pecah dini. Sebab, ini sering terjadi sewaktu-waktu tanpa rencana. Tapi para ahli medis menyarankan agar ibu hamil tidak merokok dan usahakan periksa kehamilan secara berkala agar tumbuh kembang janin terus terpantau baik.
Sebagai catatan, apabila mom merasakan ada tanda-tanda air ketuban pecah dini sebelum melahirkan, jangan mengulur waktu, ya. Segera pergi ke rumah sakit untuk mendapat penanganan utama dari dokter kandungan.