Pernah mendengar istilah ‘Midlife Crisis’ atau krisis paruh baya sebelumnya? Ini merupakan krisis yang dialami oleh perempuan saat usianya menginjak 45 tahun ke atas, bahkan bisa juga dialami oleh perempuan lansia.
Perempuan yang mengalami krisis paruh baya ini biasanya akan merasa dirinya kembali muda, diikuti dengan keinginan bersenang-senang, dandan dan berpakaian ala anak muda, mendadak ingin beli barang-barang mewah seperti mobil sport hingga hasrat ingin menikmati hidup yang bebas.
Beberapa perempuan di usia paruh baya mungkin pernah atau bahkan sedang mengalami fase ini. Tapi, di sisi lain ada juga yang tidak menyadarinya. Untuk lebih tahu, simak ulasan seputar midlife crisis pada perempuan dalam artikel OKEMOM kali ini.
Midlife crisis pada perempuan, kenali tanda-tandanya

Ketika memasuki usia paruh baya, kebanyakan perempuan merasakan cemas, banyak merenung dan kerap memikirkan hari tua, termasuk perihal akhir usianya seperti apa nanti. Akan tetapi beda hal dengan mereka yang sedang berada di fase midlife crisis, dimana mereka justru bersemangat dan berjuang memanfaatkan usia yang tidak muda lagi.
Pada dasarnya, tidak semua orang mengalami krisis paruh baya.
Melansir Verywell Mind, Selasa (23/2) sebuah survei nasional di Amerika Serikat melakukan jajak pendapat untuk menentukan berapa banyak orang yang mengalami krisis paruh baya. Hasilnya, sekitar 26 persen dari responden mengaku mengalami krisis paruh baya. Sebagian besar terjadi di usia sebelum 40 tahun atau setelah 50 tahun.
Dari hasil tersebut, muncul pertanyaan apakah krisis paruh baya selalu terkait dengan mereka yang menginjak usia 45 tahun ke atas atau tidak?
Nah, ternyata survei tadi juga menemukan fakta bahwa krisis paruh baya bukan hanya disebabkan oleh usia, melainkan juga peristiwa besar dalam hidup seseorang. Faktor pemicu tersebut seperti perceraian, kehilangan pekerjaan, kematian orang yang dicintai, hingga kesepian karena anak-anak sudah berumah tangga.
Menurut studi dari The American Psychological Association mengatakan bahwa ada beberapa tanda yang bisa dilihat dari perubahan perilaku seseorang saat mengalami midlife crisis, diantaranya:
- Mengabaikan kebersihan diri sendiri.
- Perubahan dalam kebiasaan tidur.
- Penurunan atau kenaikan berat badan secara signifikan.
- Suasana hati sering berubah-ubah (mood swing). Bisa tiba-tiba marah, sedih atau cemas tanpa alasan yang jelas.
- Menarik diri dari lingkungan sosial atau rutinitas harian yang biasa dilakukan.
Sisi positif dari midlife crisis

Sekilas, krisis paruh baya terlihat kurang baik, karena cenderung membuat orang melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan usianya. Terlepas dari itu, kondisi tersebut ternyata memiliki sisi positif.
Dalam studi tahun 2016 yang diterbitkan International Journal of Behavioral Development, menemukan ada sisi positif dari krisis paruh baya yaitu rasa keingintahuan seseorang meningkat. Peneliti menemukan bahwa orang yang mengalami krisis paruh baya memiliki rasa ingin tahu tinggi tentang diri mereka sendiri dan dunia yang lebih luas di sekitar mereka.
Keingintahuan tersebut memunculkan keterbukaan cara pandang terhadap ide-ide baru yang bisa menjadi peluang baik agar masa-masa usia paruh baya dapat dilewati dengan lebih produktif.
Dari laman Lifehack, juga disebutkan ada beberapa hal yang membuat diri seseorang menjadi lebih baik ketika berada di periode midlife crisis, antara lain:
- Kesehatan mental terjaga, menjadi lebih tenang, bijaksana, serta belajar menerima hal-hal yang tidak dapat diubah.
- Tidak bergantung pada hal-hal sepele, mudah memaafkan, lebih menghargai hubungan dan menghabiskan lebih banyak waktu bersama orang terpenting dalam hidup.
- Fokus, bersemangat dan termotivasi membuat tujuan baru untuk mengejar apa yang diinginkan.
- Menyadari bahwa kehidupan itu sejatinya lebih kepada kemampuan menjalin hubungan baik dan membantu sesama, bukan tentang persaingan sosial.
- Lebih banyak bersyukur dan sebisa mungkin berusaha berpikir positif atas segala sesuatu.
Mengutip dari Healthline, apabila seseorang mengalami midlife crisis, ada beberapa hal yang mungkin dapat membantu agar fase tersebut tidak mengarah pada hal buruk seperti depresi hingga gangguan mental.
Berikut ini tips menghadapi midlife crisis pada perempuan:
- Bicarakan dengan dokter atau terapis untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
- Ungkapkan isi hati atau apapun yang dirasakan kepada orang terpercaya, baik itu pasangan, keluarga, atau sahabat dekat.
- Cobalah keluar rumah dan berbaur dengan alam terbuka. Penelitian menunjukkan bahwa menghabiskan waktu di luar ruangan selama beberapa menit dapat memperbaiki suasana hati dan mengurangi kecemasan.
- Konsumsi makanan sehat serta lebih banyak makan sayuran dan buah.
- Menulis jurnal harian tentang semua hal yang telah terjadi dalam hidup dan rasa bersyukur telah memilikinya.
- Bacalah buku-buku yang menginspirasi dan memotivasi diri untuk mencoba sesuatu baru yang bermanfaat.
Nah, sekian penjelasan OKEMOM seputar midlife crisis pada perempuan, mulai dari tanda hingga tips sederhana yang bisa dicoba untuk menghadapi fase ini dengan baik. Mom, juga bisa mengungkapkan perasaan pada psikolog atau tim medis untuk mendapatkan penanganan terbaik.